Kultur sekolah .
Assalamuakaikum warahmatullahi wabarakatuh
Alhamdulillah puji syukur kitak panjat kan ke Hadirat Allah masih bersyukur atas nikmat serta rahmat yang telah Allah berikan kepada saya sehingga bisa kembali menuliskan blogspot yang sederhana ini.
Nah teman- teman kali ini saya menjabarkan sedikit pemahan serta menyimpulkan pemahaman saya dari bahan bacaan yang telah saya ambil dengan tema " PERAN GURU DALAM MEMBANGUN KULTUR SEKOLAH" jadi sekiranya kurang dalam pemahaman saya mohon di mengerti ya!
Sebelum kita memulai mari ucapkan Bismillahirrohmanirrohim!
Baik langsung saja ke pembahasan kita yakni mengenai kultur sekolah.
Sekolah dalam posisinya sebagai bagian dari kultur nasional diperlukan untuk menghidupkan kultur nasional dan memadukan dengan kultur setempat. Para siswa masuk ke sekolah dengan bekal kultur mereka miliki, sebagian sejalan dengan kultur nasional. Kondisi ini membawa akibat terjadinya konflik kultur yang akan mempengaruhi perilaku belajar para siswa di sekolah. Setiap sekolah yang ingin memperbaiki kinerja sekolah perlu memperhitungkan kondisi kultur yang saat ini ada di sekolah yang bersangkutan dengan mengidentifikasi kondisi aneka kultur yang saat ini yang ada dan posisi kultur tersebut dalam kaitannya dengan belajar.
Setiap sekolah memiliki keunikan budayanya sendiri-sendiri yang melekat dalam ritual-ritual dan tradisi-tradisi sejarah dan pengalaman sekolah. Oleh karena itu, dengan adanya budaya sekolah, dapat diketahui atau dipahami pola perilaku dari sebuah sekolah yang memberdayakannya dengan sekolah lain.
Jadi ,dapat didefinisi tersebut dikatakan bahwa budaya sekolah memiliki unsur-unsur yang terdiri dari asumsi-asumsi dasar, nilai-nilai, sikap dan norma yang dipegang oleh anggota-anggota sekolah dan kemudian mengarah pada bagaimana mereka berperilaku serta akan menjadi karakteristik sekolah mereka.
Nah lanjut toh!!
Pada dasarnya kualitas sebuah lembaga pendidikan bisa dilihat dari sejauh mana keberhasilannya dalam meningkatkan kualitas mulai dari kultur organisasi atau institusi. Khusus dalam lembaga pendidikan formal seperti sekolah kultur yang dibangun adalah nilai-nilai atau norma-norma yang dianut dari generasi ke generasi.
Peran kultur di sekolah akan sangat mempengaruhi perubahan sikap maupun perilaku dari warga sekolah. Kultur sekolah yang positif akan menciptakan suasana kondusif bagi tercapainya visi dan misi sekolah, demikian sebaliknya kultur yang negatif akan membuat pencapaian visi dan misi sekolah mengalami banyak kendala. Kultur sekolah yang baik misalnya kemauan menghargai hasil karya orang lain, kesungguhan dalam melaksanakan tugas dan kewajiban, motivasi untuk terus berprestasi, komitmen serta dedikasi kepada tanggungjawab. Sedangkan kultur yang negatif misalnya kurang menghargai hasil karya orang lain, kurang menghargai perbedaan, minimnya komitmen, dan tiadanya motivasi berprestasi pada warga sekolah.
Berkaitan dengan peningkatan sumber daya manusia, juga perlu diciptakan kultur yang baik. Pada semua tenaga pendidik dan tenaga kependidikan harus ada komunikasi dan kolaborasi yang apik sehingga mendukung sebuah lembaga untuk terus berinovasi, untuk terus melakukan perubahan yang positif, atau Tajdid dalam bahasa persyarikatan kita. Tenaga pendidik dan kependidikan yang memiliki kultur yang baik akan meciptakan suasana pembelajaran kepada peserta didik yang juga menyenangkan, dilakukan dengan kesungguhan dan sepenuh hati.
Untuk siswa perlu ditingkatkan motivasi belajar dan pentingnya kedisiplinan, kejujuran dan motivasi berprestasi sehingga kompetisi antar siswa akan tercipta. Contoh kultur negatif yang masih sering dilakukan siswa antara lain masih kurang diperhatikannya persoalan kedisiplinan, ini terbukti dari angka keterlambatan yang cukup tinggi.
Budaya inovasi juga perlu ditingkatkan dalam semua elemen dan warga sekolah. Misalnya saja guru harus membudayakan untuk terus berinovasi dalam pembuatan media pembelajaran. Metode pembelajaran yang konvensional harus diganti dengan metode baru yang kontemporer dan profesional tanpa meninggalkan penekanan kepada makna dan kearifan lokal.
Setiap perubahan budaya menuju perbaikan jelas akan menemui tantangan, terutama oleh mereka yang merasa sudah mapan, status quo yang yang sudah terlanjur nyaman dengan kemapanan. Kelompok pembaharu umumnya akan ditentang, memang karena perubahan itu akan terkesan menakutkan bagi sebagian orang. Dalam manajemen organisasi ini sesuatu yang wajar namun tetap perlu dikendalikan.
Solusinya, harus ada kemauan untuk membangun budaya yang kondusif bagi pembelajaran itu dari semua pihak. Lembaga sekolah harus melakukan berbagai pendekatan agar terjadi komunikasi yang baik antara sekolah dengan warga sekolah. Pendekatan yang dilakukan bisa massal maupun personal. Namun agaknya kecenderungan yang lebih efektif adalah pendekatan personal. Dalam pendekatan itu sekolah wajib menyadarkan warga sekolah akan kebutuhan terhadap perubahan itu sendiri, dilakukan sosialisasi, pelatihan dan sebagainya. Disamping juga peraturan yang sudah dibuat melalui konsensus itu mesti ditegakkan.
Bagi guru, agar mudah menerima perubahan maka mesti memperluas wawasan, sharing perkembangan yang sudah terjadi di luar sana sehingga bisa berpikir lebih akomodatif terhadap perubahan positif kebudayaan. Dan yang tidak kalah penting, kepada siswa perlu dilakukan sosialisasi mengenai tantangan dunia ke depan sehingga mereka termotivasi untuk menyiapkan diri menghadapi tantangan zaman.
Terhadap kultur yang dibawa oleh kecanggihan teknologi memang tidak semuanya baik. Kita perlu menyaring, memilih dan memilah mana yang baik dan mana yang tidak baik. Tidak semuanya konsekuensi teknologi itu kita biarkan, diperlukan adaptasi, bukan adopsi. Namun adanya sisi negatif itu bukan berarti kita harus menutup diri dari teknologi, kalau kita antipati maka kita pasti semakin tertinggal.
Semoga bermanfaat dan berguna bagi para pembaca ga guys😊🙏
Wassalamu'alaikum warrohmatullahi wabbarokatuh
Komentar
Posting Komentar